Anda malu untuk berkonsultasi?? Anda dapat mengirimkan email melalui smpk_marfat@yahoo.co.id. Dijamin kerahasiaan akan terjaga dengan baik.

16 Januari 2008

Menghindari Keributan

Suatu permenungan pengalaman sejak kami mengajar di SDK Maria Fatima I Jember (yang sekarang menjadi satu dengan SDK Maria Fatima II Jember) sehingga menjadi satu nama yaitu SDK Maria Fatima Jember. Tepatnya di Jalan Kartini 26 Jember. Kini kami mengajar dan sebagai pembimbing di SMPK Maria Fatima. Kami akan menyampaikan sedikit permenungan pengalaman selama kami mengajar. Terlebih bagaimana menghindari keributan dalam kelas dalam artian saat mengajar mampu tercipta suatu suasana kelas yang aman, terpimpin, aktif dan anak merasa terkayakan oleh apa yang baru saja didengar, dilaksanakan, dikerjakan dll. Memberi petunjuk dalam buku tentang menghindari keributan dalam kelas, tidaklah mudah. Tak terhitung banyaknya sumber yang menyebabkan keributan, yang terpengaruh pada situasi tertentu. Memberi petunjuk untuk tiap pelaksanaan yang cocok dengan situasi tertentu, tidaklah mungkin. Petunjuk dalam buku harus bersifat umum, itulah kelemahannya, tetapi mungkin juga merupakan keuntungan, sebab semua itu diberikan guna menghindari suatu keributan atau kebingungan dalam kelas.

Mari kita mencoba merenungkan atau refleksi diri saat kita dalam kelas sedang mengajar dengan hal–hal di bawah ini. Mungkin banyak jam pelajaran akan berhasil

1. Guru Harus Menguasai Mata Pelajaran

Ini berarti kita harus mempersiapkan tiap mata pelajaran dengan baik, kalau kita kurang menguasai materi pelajaran, takut mengajar, melarang siswa bertanya, tentu hal ini siswa akan merasakan bahwa ada hal–hal yang kurang dalam diri guru, beruntung siswa tidak ada yang protes atau menanyakan pada guru, tetapi hal ini merupakan awal dari ketidak beresan dalam kelas sehingga dalam waktu yang tidak lama siswa akan berisik dan mulai rebut, atau lebih jelek lagi siswa akan putus asa dan berhenti belajar atau tidak lagi mendengarkan keterangan guru, sehingga membuat kita tersinggung dan mulai mengeluarkan kata–kata keras ( membentak dsb ).

2. Pelajaran Harus Menarik

Bagiaman pelajaran akan menjadi sesuatu yang menarik dan berkesan pada ingatan siswa? Wah tentu banyak hal misalnya kita memotivasi siswa, dengan alat peraga sederhana yang bisa dilihat dan dijumpai siswa sehari hari di masyarakat. Alat peraga yang cocok dan menarik akan membuat pelajaran menjadi menarik dan mudah diingat serta berkesan pada siswa, Kita bisa menjadi sumber energi yang baik bagi siswa tetapi juga bisa menjadi sumber untuk rebut.

3. Siswa Harus Belajar Secara Aktif

Siswa yang belajar secara aktif harus mengkonsentrasikan diri pada pelajaran. Ia tidak diberi kesempatan untuk main–main. Disaat pusat perhatian harus tertuju pada materi maka kita harus tegas, mana kala ada saatu siswa yang menyeleweng maka dengan tegas kita menegur secara terdidik, tentu kita terkadang memberi rasa humor sedikit hanya untuk selingan saja. Memang pengajaran secara ceramah saja hampir tidak dapat menghindarkan rebut.

4. Ganti Metode

Murid yang harus belajar 40 menit atau 80 menit atau bahkan 45 sampai 90 menit dengan satu metode saja, biasanya Tanya jawab, tidak dapat berkonsentrasi lagi setelah 20 menit atau 30 menit. Siswa merasa bosan, tidak ikut pelajaran lagi dan mulai main–main, guru yang baik tentu tahu kebiasaan siswanya. Merencanakan penggantian metode sebelumnya. Mungkin rencana pelajaaran tidak sempurna dan guru melihat banyak siswa tidak konsen lagi. Melihat situasi seperti ini kita jangan meneruskan pelajaran menurut rencana, tetapi gantilah dengan metode lain. Misalnya dengan metode kerja kelompok atau memberi tugas untuk kerja sendiri. Kita harus fleksibel dalam metode mengajar.

5. Jangan Mengulangi Jawaban Murid

Semua siswa harus dibuat terpaksa mendengar jawaban teman mereka. Jika jawaban kurang jelas atau kurang baik, suruhlah siswa untuk mengulangi jawabannya supaya siswa mungkin berusaha memperbaiki jawabannya atau mengganti jawaban yang telah disampaikan, jadi bukan guru yang mengulangi jawaban siswa.

Di atas sudah kami sampaikan hal dasar yang bukan saja penting untuk menghindari rebut dalam kelas, tetapi juga untuk pelaksanaan pelajaran yang baik. Jika kita mengikutinya dengan baik dan konsiten tentu keributan akan jarang terjadi.

Tetap kadang–kadang keributan masih terjadi, karena mungkin seorang siswa yang luar biasa nakal, atau suatu peristiwa yang memungkinkan suasana untuk rebut. Mungkin guru terlalu capek sehingga konsentrasi kurang sempurna dsb.

Jika petunjuk pertama diikuti dan kemungkinan rebut masih ada, di sini akan kami sampaikan tambahan yang mungkin dapat membantu para teman guru.

6. Saya Mengerti … tetapi …

Kata “ TETAPI “ merupakan kata yang paling penting di Negara kita Indonesia tercinta ini. Mengaap kata TETAPI tidak dipakai untuk mengajar ?

Seorang siswa mengganggu pelajaran dengan bercakap–cakap, meninggalkan kelas tanpa pamit dll. Guru sering kali berhasil menenangkan siswa dengan kalimat yang diucapkan sesabar mungkin” “ saya mengerti bahwa kamu ingin– ingin ngomong – ngomong denga temanmu (atau peristiwa lain), tetapi kamu juga harus mengerti bahwa kita ingin melanjutkan pelajaran, yang tidak mungkin bisa kalau kamu melanjutkan dengan omong–omong.

7. Mengaitkan Semua Jawaban Siswa dengan Pelajaran

Terkadang siswa yang nakal sering mengutamakan dirinya sendiri, mengejek guru dengans sebuah jawaban yang lucu atau tidak masuk akal. Jika reaksi guru bernada marah, tujuan siswa berhasil. Hasilnya siswa yang lain akan menjawab dengan hal–hal yang lucu dan keributan mulai. Siswa adalah pahlawan pada masa rebut yang diciptakannya. Lebih baik cobalah mengaitkan semua jawaban siswa dengan pelajaran, betapapun lucunya dan tidak masuk akal.

8. Guru Harus Konsekuen

Bagaimana jika semua petunjuk di atas kurang mengena untuk hal – hal yang berhubungan dengan pelanggaran tata tertib sekolah. Pertama – tama guru memberi ancaman. Dalam hal ini janganlah memberi kotbah, makin pendek ancaman makin baik.

Misalnya : “ Nak, satu kali lagi ….. !

Siswa tidak tahu apa yang terjadi jika ia mengulangi kesalahannya ( sering kali guru sendiri tidak tahu ), akibatnya siswa takut. Kalau sampai siswa mengulangi kesalahan tersebut, ia harus diberi sangsi secara padagogis. Itu berarti hukuman harus cocok dengan besarnya pelanggaran / kesalahan siswa.

Jika siswa tidak diberi sangsi, meskipun ia sudah diancam satu kali, ia merasa guru hanya omong kosong saja, guru tidak konsekuen, mungkin ia merasa guru takut.

Peristiwa keributan di kelas hampir tidak mungkin terjadi, mana kala lima petunjuk pertama dilakanakan. 95 % keributan dalamkelas dapat terjadi karena guru kurang menguasai mata pelajaran dan mata pelajaran kurang menarik dan siswa tidak pernah dimotivasikan.

Selamat membaca dan mencoba terutama bagi teman – teman guru yang masih baru. Sumber tuntunan ini kami baca dari buku “ Heinz Kock “ dalam bukunya yang berjudul “ SAYA SEORANG GURU YANG BAIK ? “ dan kami renungkan berdasarkan pengalaman saya menjadi guru mulai tahun 1978 sampai sekarang. (wib)